Makhluk metafisik memang memiliki wujud yang bermacam-macam ketika
menampakkan wujudnya kepada manusia. Salah satu bukti bentuk
perwujudannya adalah berbentuk kerikil api yang terbang berombongan
seperti lebah.
Kisah penampakan makhluk metafisik ini pernah dialami oleh Widi Sasmito
Jati, seorang warga Banyuanyar Surakarta yang mengatakan bahwa pernah
bertemu dengan sekumpulan kerikil yang datang secara bergerombol terbang
melayang di hadapannya.
Seperti penuturannya, ia mendapati sekelompok kerikil api tersebut
melintas dihadapannya ketika ia melewati sebuah jembatan di desa
Pucungan Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo.
"Ketika saya pulang dari rumah seorang teman saya di daerah Pucungan,
saya melihat dengan jelas segerombolan kerikil yang menyala seperti bara
api yang terbang di depan mata, mas!" ujar pria ini
Sebelum melihat sekumpulan gerombolan bara kerikil api tersebut, lanjut
Widi, lampu motornya tiba-tiba mati seketika dan tidak lama kemudian
disusul mesim motor yang juga mendadak mati, padahal saat itu bensin
masih dalam keadaan terisi penuh dan kondisi motor dalam keadaan baik.
"Ketika rombongan itu lewat, bulu kuduk saya berdiri, dan badan
tiba-tiba merinding hebat. Seketika saya tidak bisa bergerak seperti
patung, namun setelah rombongan kerikil api itu lewat, lampu motor dan
mesim motor saya kembali hidup," ujar pria yang gemar nembang lagu Jawa
ini.
Lampor adalah salah satu jenis makhluk metafisik yang dipercaya bisa
membawa maut. Mengenai wujud makhluk ini sendiri, masyarakat memiliki
kepercayaan yang berbeda-beda. Beberapa masyarakat menyebut lampor
sebagai jin yang berbentuk seperti bola arwah, terkadang juga muncul
sebagai rombongan prajurit Jawa zaman dahulu. Di daerah Jawa Timur
sendiri, lampor dipercaya berwujud setan atau pocong yang bisa membunuh
manusia dalam tidur.
Secara harfiah, lampor konon diartikan sebagai 'gaduh' atau 'kegaduhan'.
Nama ini sesuai jika dikaitkan dengan sebuah kepercayaan mengenai
lampor di Jawa Tengah. Ketika muncul, lampor dipercaya menimbulkan
suara-suara gaduh. Suara gaduh tersebut dipercaya adalah suara
iring-iringan kereta kuda dan barisan pasukan dari Laut Selatan yang
akan datang menuju Gunung Merapi atau Keraton Yogyakarta. Menurut
masyarakat Jawa, lampor juga dipercaya sebagai pasukan dan anak buah
dari Nyi Roro Kidul, sang ratu penguasa laut selatan.
Berdasarkan kepercayaan masyarakat di Jawa Timur, lampor muncul
bersamaan dengan pageblug atau wabah penyakit dan seringkali terjadi di
bulan Sapar (penanggalan Jawa). Lampor dipercaya akan membunuh orang
dalam tidurnya. Mereka yang didatangi lampor di malam hari akan dicekik
atau dibawa menggunakan keranda. Jika itu terjadi, mereka akan mati
seketika.Namun, lampor ternyata juga memiliki kelemahan. Dipercaya bahwa lampor
tidak bisa berjongkok atau duduk. Sehingga korban yang seringkali
didatangi adalah mereka yang tidur di atas kasur atau dipan. Konon
beberapa masyarakat menghindar dari lampor dengan cara tidur di bawah
dipan atau di lantai. Dengan begitu, lampor tidak akan bisa mencekik dan
membunuh mereka.
Isu tentang lampor ini konon sangat marak di tahun 1960-an, namun lambat
laun semakin menghilang. Saat ini kebanyakan anak muda bisa jadi tak
mengenal lampor. Kemungkinan besar desas-desus seputar lampor muncul
karena banyaknya wabah penyakit pada masa itu yang menyebabkan seseorang
mati dalam tidurnya. Namun siapa yang bisa memastikan? Bisa jadi lampor
memang hanya mitos belaka, namun bisa jadi juga lampor benar-benar
nyata.
Yakinlah bahwa semua yang ada di dunia, baik yang wujud maupun yang gaib adalah mahkluk Tuhan Sang Pencipta.